Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Kamis, 06 Oktober 2016

Polimorfemik dan 6 Prinsip Penentuan Morfem


Seperti telah kita ketahui bersama bahwa kata-kata jadian atau kata polimorfemik secara morfologis terbentuk dari unsur-unsur yang disebut dengan morfem. Dalam pembentukan kata, morfem dasar dapat bergabung dengan morfem dasar yang lain, seperti di dalam pembentukan kata majemuk, misalnya tangan kanan, mata kaki, dan ibu kota, seperti dalam contoh kalimat berikut.

1)  Dia menyuruh tangan kanannya untuk melakukan pekerjaan kotor itu.
2)  Mata kaki pemain sepak bola itu lecet dan mengeluarkan darah.
3)  Kemarin pemuda putus sekolah itu pergi ke ibu kota untuk mengadu nasib.

Di dalam kata polimorfemik yang terbentuk dari proses perulangan morfem dasar yang bergabung dengan reduplikasi (perulangan/R). Misalnya, pada kata makan-makan, malam-malam, dan dingin-dingin, seperti yang terdapat pada contoh kalimat berikut.

4)  Nanti malam kita makan-makan di tempat Ani.
5)  Orang itu dilarang pergi ke tempat yang dingin-dingin
6)  Kalau ke tempat teman sebaiknya jangan malam-malam

Kata-kata pada kalimat (4), (5), dan (6) di atas terbentuk dari morfem dasar makan + R, dingin + R, dan malam + R. Ada pula kata ulang yang terbentuk dari proses perulangan (reduplikasi) yang bergabung dengan proses afiksasi, seperti berkejar-kejaran, memakan-makanan, bermalas-malasan, semalas-malasnya, dan sebagainya; seperti terlihat dalam contoh berikut.

7)  Mereka berkejar-kejaran di pantai.
8)  Ali pekerjaannya hanya bermalas-malasan.
9) Semalas-malasnya orang kalau dimotivasi secara terus-menerus akan berubah sikapnya.
10)  Burung itu sedang memakan-makanan hasil buruannya ditempat ketinggian.

Kata berkejar-kejaran terbentuk dari unsur ber-/-an + kejar + morfem R, bermalas-malasan terbentuk dari ber-/-an + malas + morfem R, semalas-malasnya terbentuk dari afiks se-/-nya + malas + R, dan kata memakan-makanan terbentuk dari me- + makan + morfem R.

Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk jadian yang terbentuk dari bentuk dasar dan afiks, misalnya kedatangan, pendatang, mempertanggung-jawabkan, mempermainkan, dan meniduri, seperti yang terlihat dalam kalimat berikut ini.

11)  Kedatangan kami disambut secara besar-besaran.
12)  Di kota ini terdapat berbagai pendatang.
13)  Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
14)  Jangan mempermainkan temanmu.
15)  Beruntung dia dapat meniduri kasur yang empuk itu.

Kata kedatangan terbentuk dari datang dan konfiks ke-/-an. Kata pendatang terbentuk dari pe(N)- dan datang. Mempertanggungjawabkan terdiri atas unsur me(N)- + per- + tanggung + jawab + -kan. Mempermainkan terdiri atas unsur me(N)- + per- + main + -kan. Meniduri terbentuk dari unsur me(N)- + tidur + -i. Untuk dapat menentukan unsur-unsur yang membentuk sebuah kata, prinsip-prinsip pengenalan morfem, seperti yang diuraikan dalam Modul 2 perlu dipelajari kembali. Berikut ini akan diuraikan kembali secara ringkas 6 prinsip penentuan morfem menurut Ramlan (1987: 37-43).

Prinsip 1
Satuan-satuan yang memiliki struktur fonologis dan makna yang sama merupakan satu morfem. Misalnya, unsur satu menjadi kesatuan, bersatu, penyatuan, menyatukan, dan persatuan memiliki makna yang sama sehingga unsur satu itu adalah morfem yang sama. Contoh lain, misalnya unsur tinggi dalam ketinggian, ditinggikan, peninggian, petinggi, dan sebagainya.
Demikian pula halnya unsur ke-/-an dalam kebesaran, kepedulian, kemegahan, ketololan, dan sebagainya menyatakan hal yang sama, yakni “hal yang berhubungan dengan bentuk dasar” maka ke-/-an dalam kata tersebut di atas merupakan morfem yang sama.
Sebaliknya unsur ke-/-an dalam kejatuhan dan ketinggian, karena menyatakan makna yang berbeda, yakni “makna pasif tidak disengaja” pada kejatuhan dan “hal atau abstraksi” pada ketinggian maka ke-/-an pada kata-kata ini merupakan morfem yang berbeda.

Prinsip 2
Satuan-satuan dengan struktur fonologis yang berbeda apabila perbedaannya dapat diterangkan secara fonologis maka satuan-satuan itu merupakan morfem yang sama. Bentuk pem-, pen-, peny-, pe-, dan penge- yang secara berturut-turut terdapat dalam pembeli, penanda, penyedot, pengganggu, dan pengecat dapat diklasifikasikan ke dalam morfem yang sama karena perbedaannya dapat diterangkan secara fonologis sebagai berikut.
a. Morfem pe(N)- menjadi pem- apabila diikuti bentuk dasar yang diawali bunyi bilabial (p dan b).
b. Pe(N)- menjadi pen- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal bunyi apikoalveolar (t dan d).
c. Pe(N)- menjadi peny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal bunyi laminopalatal (s,c, dan j).
d. Pe(N)- menjadi peng- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal bunyi dorsovelar (k dan g), faringal (h), dan vokal (a,i,u,e,o).
e. Pe(N)- menjadi pe- apabila diikuti oleh bentuk dasar berawal bunyi y, r, l, w, dan nasal (m, n,ny, dan ng).
f. Pe(N)- menjadi penge- apabila diikuti oleh bentuk dasar yang terdiri atas satu suku kata.

Prinsip 3
Satuan-satuan yang memiliki struktur fonologis yang berbeda dapat dipandang sebagai morfem yang sama apabila memiliki makna yang sama dan perbedaan bentuk itu bersifat komplementer. Misalnya, bentuk ber- pada berjalan, bergaul, dan sebagainya merupakan morfem yang sama dengan be- pada beserta, bekerja, beternak, dan sebagainya, dan bel- pada kata belajar. Morfem (ber-) akan bereaksi menjadi be- apabila bentuk dasar yang mengikuti suku pertamanya berakhir dengan bunyi /r/ menjadi bel- apabila diikuti kata ajar, dan akan menjadi ber- apabila diikuti oleh bentuk yang lain.

Prinsip 4
Satuan-satuan yang berparalel dengan kekosongan merupakan morfem yang disebut morfem zero. Seperti halnya afiks me(N)- yang dikosongkan dalam kalimat (16) dan kalimat(17) di bawah ini
16) Eko minta izin.
17) Edi mohon doa
Pada kalimat (16) dan (17) kita dapat menyimpulkan bahwa terdapat morfem zero, yaitu pada makan dan minum, hal tersebut juga terlihat pada kalimat berikut.
18) Edi ingin makan roti.
19) Eko akan minum akua.

Prinsip 5
Satuan-satuan kebahasaan yang memiliki struktur fonologis yang sama merupakan morfem yang berbeda apabila memiliki makna yang jauh berbeda dan merupakan morfem yang sama apabila perbedaan maknanya berhubungan. Misalnya, kata bisa yang bermakna “dapat” merupakan morfem yang berbeda dengan kata bisa yang bermakna “racun”, seperti pada kalimat berikut.
20) Ani tidak bisa berenang.
21) Bisa ular itu sangat berbahaya.
Bentuk-bentuk yang memiliki makna yang berbeda, tetapi perbedaannya masih berhubungan dan memiliki distribusi yang berbeda maka bentuk-bentuk itu merupakan morfem yang sama, seperti pada contoh berikut.
22) Ali pergi ke Jakarta.
23) Perginya memakai pesawat Garuda
Kata pergi dalam kalimat (22) adalah kata kerja (verba) dan menduduki fungsi predikat dan mempunyai distribusi yang berbeda dengan pergi pada kalimat (23) yang menduduki fungsi subjek yang berjenis kata nomina Berdasarkan prinsip 5 maka kata pergi dalam kalimat (22) dan (23) merupakan morfem yang sama.
Sebaliknya apabila satuan-satuan yang memiliki makna yang berhubungan itu memiliki distribusi yang sama maka satuan-satuan itu merupakan morfem yang berbeda. Untuk itu dapat diperhatikan kalimat (24) dan (25) berikut.
24) Mata adik merah.
25) Mata pena itu sudah tidak tajam lagi.

Prinsip 6
Setiap bentuk yang secara morfologis dapat dipisahkan merupakan morfem yang berbeda. Untuk ini dapat dilihat dalam contoh kalimat (26) dan (27)  berikut ini.
26) Keyakinannya tidak berubah.
27) Pengalaman orang itu sangat banyak.
Bentuk keyakinan dalam kalimat (29) tidak dapat diubah menjadi *keyakin dan *yakinan. Demikian juga, bentuk pengalaman tidak dapat dijadikan *pengalam dan *alaman. Dengan demikian ke-/-an dan pe(N)-/-an merupakan satu morfem. Untuk itu dapat Anda bandingkan dengan berpandangan dan menidurkan dalam kalimat (28) dan (29) berikut ini.
28) Kamu harus berhati-hati dengan orang yang berpandangan sempit.
29) Ayah sedang menidurkan adik.
Kata berpandangan memang tidak dapat diubah menjadi *berpandang, tetapi dapat diubah menjadi pandangan. Jadi, kata berpandangan dalam kalimat (28) terdiri atas tiga morfem, yakni ber- yang bermakna “mempunyai”, pandang sebagai bentuk dasar, dan -an sebagai akhiran yang membentuk pokok kata kerja menjadi kata benda. Demikian juga menidurkan memang tidak dapat dipisahkan menjadi *menidur, tetapi dapat diubah menjadi tidurkan. Jadi, kata menidurkan terdiri atas tiga morfem, yakni me(N)- sebagai bentuk kausatif, tidur sebagai bentuk dasar dan kan sebagai akhiran. Adapun contoh penggunaan kata pandangan dan tidurkan adalah kalimat (30) dan (31) berikut.
30) Tembok itu mengganggu pandangan kami. .
31) Tidurkan saja dia di lantai.
Berbeda dengan berpandangan dan tidurkan, kata membelikan dan mengaliri statusnya terdiri atas tiga morfem lebih mudah dibuktikan karena membelikan dan mengaliri dapat diubah menjadi membeli dan belikan, mengalir dan alirkan, seperti terlihat dalam contoh kalimat (32) sampai dengan kalimat (35) berikut.
32) Adik membeli kue untuk ibu.
33) Tolong belikan ibu kue serabi.
34) Air Sungai Serayu mengalir dengan tenang.
35) Alirkan air ini ke sawah.


Unsur Langsung


Morfem-morfem yang membentuk kata polimorfemik tersebut ternyata tidak bergabung sekaligus, melainkan morfem ini bergabung secara bertahap. Dengan kata lain, morfem-morfem pembentuk kata polimorfemik bergabung secara gradual.
Unsur-unsur yang secara langsung membentuk satuan yang lebih besar disebut dengan unsur langsung (immediate constituents). Dalam menentukan unsur langsung pembentuk kata jadian, diagram pohon yang telah Anda pelajari tadi bukanlah satu-satunya cara. Diagram persegi panjang sering juga digunakan untuk menentukan unsur langsung pembentuk kata jadian ini. Apabila kata-kata yang digunakan sebagai contoh tadi didiagramkan dengan diagram persegi panjang maka bentuk-bentuk diagramnya adalah sebagai berikut.

1. Mempersatukan
Mempersatukan
mem- Persatukan
per- Satukan
satu -kan

2.  Berkepemimpinan
Berkepemimpinan
ber- Kepemimpinan
ke-/-an Pemimpin
Pe(N)- Pimpin

3.  Berkemauan
berkemauan
ber- kemauan
ke-/-an mau

4. Memandikan
memandikan
Me(N)- mandikan
mandi -kan

5. Kejadian
kejadian
ke-/-an jadi

6. Berhalangan
berhalangan
ber- halangan
halang -an

7. Berpandangan
berpandangan
ber- pandangan
pandang -an

8. Berpandangan
Berpandangan
ber-/-an Pandang

9. Berperikemanusian
Berperikemanusian
ber- Peri kemanusiaan
peri- kemanusiaan
ke-/-an manusia

10. Memberangkatkan
Memberangkatkan
me(N)- Berangkatkan
berangkat -kan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar