Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Sabtu, 02 April 2016

Belajarlah untuk A'lim

FAQIH, ALIM, Bukan warisan keluarga

Ilmu diberi tak memandang status keturunan. Ilmu diin itu diberi bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Seandainya, ilmu itu memandang keturunan, maka keluarga Nabilah atau ahlul bait yang lebih pantas mendapatkan ilmu. Tetapi realitanya tidak demikian.

Salah satu ulama salaf berkata:

إنما العلم مواهب يؤتيه الله من أحب من خلقه ، وليس يناله أحد بالحسب ، ولو كان لعلة الحسب لكان أولى الناس به أهل بيت النبي صلى الله عليه وسلم .

Sesungguhnya ilmu adalah karunia yang Allah beri pada siapa saja yang Allah kehendaki dari makhluk-Nya.

Ilmu bukanlah diberi karena melihat pada keturunan.

Kalau memang karena keturunan, maka tentu manusia yang lebih pantas mendapatkan ilmu adalah ahlu bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.



Namun realitanya kita saksikan bahwa orang-orang yang jauh dari Nabi yang banyak meraih ilmu beliau seperti sahabat Abu Hurairah. Sedangkan paman-paman Nabi sebagiannya malah kafir.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

“Barangsiapa yang lamban amalnya, maka nasabnya tidak bisa mengejarnya” (HR. Muslim no. 2699, dari Abu Hurairah).

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Siapa saja yang amalnya itu kurang, maka kedudukan mulianya tidak bisa menolong dirinya. Oleh karenanya, jangan terlalu berharap dari nasab atau silsilah keturunan dan keutamaan nenek moyang, akhirnya sedikit dalam beramal.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 21).

Beramalah, karena siapapun berkesempatan meraih surga-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar