Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Sabtu, 02 April 2016

Tanda Kekerasan Pada Anak

Kita adalah generasi yang menikmati berbagai dongeng Si Kancil, termasuk salah satu episode paling terkenalnya, saat ia mencuri mentimun. Kita lalu memberi label Si Kancil sebagai anak nakal. Namun apa jadinya apabila Si Kancil ternyata mencuri karena sang ibu tak pernah memberinya makan maupun mengajari cara mencari makan yang benar?

Seringkali label ‘anak nakal’ pun kita kenakan pada beberapa anak di sekitar kita, tanpa memedulikan mengapa anak berperilaku negatif. Anak tersebut memang kemudian menjadi pelaku, namun bisa jadi ia sekaligus adalah korban dari tindak kekerasan dan penelantaran oleh keluarga maupun orang-orang terdekatnya.


Selain ciri-ciri fisik yang dapat kita amati langsung, kita perlu memahami tanda-tanda perilaku anak yang mengalami kekerasan atau penelantaran. Ini penting agar kita sebagai orangtua, guru, pengasuh, atau siapapun Anda, dapat mencegah dan memutus mata rantai kekerasan dan penelantaran yang terjadi pada anak. Berikut adalah tanda yang dapat kita amati pada anak yang mengalami kekerasan dan/atau penelantaran.

10 Tanda Anak Alami Kekerasan

Untuk anak yang mengalami kekerasan fisik, pertama, terdapat tanda-tanda fisik berupa luka, lebam, luka bakar pada berbagai bagian tubuh, maupun luka maupun cedera pada bagian pribadi anak. Kedua, anak biasanya tidak berani melakukan kontak dengan orang dewasa – terutama jika kekerasan fisik yang dialaminya dilakukan oleh orang dewasa. Ketiga, anak dengan mudah menunjukkan respon takut saat melihat atau mendengar anak lain yang menangis. Ini adalah respon yang muncul saat anak belajar mengasosiasikan tangisan dengan kekerasan yang menyebabkannya.

Keempat, Ayah Ibu mungkin mengamati perilaku ekstrem yang dilakukan anak, baik perilaku agresif (memukul, memecahkan barang-barang, marah tanpa alasan yang jelas) maupun menarik diri (menolak bermain keluar rumah, mengurung diri di kamar, tidak mau berinteraksi dengan orang dewasa). Kedua perilaku tersebut tampak berbeda, namun seperti yang telah dijelaskan oleh Bukik Setiawan dalam buku Anak Bukan Kertas Kosong, anak yang mengalami tekanan dapat menunjukkan berbagai respon, baik memberontak maupun menenggelamkan diri.

Khusus untuk anak yang mengalami kekerasan seksual, selain tanda-tanda di atas, anak mungkin dapat menunjukkan beberapa perilaku spesifik. Pertama, anak memiliki wawasan tentang perilaku seksual yang jauh melebihi pengetahuan yang orangtua ajarkan padanya. Kedua, yang juga bisa menjadi perilaku khas, adalah anak urung berganti baju saat hendak melakukan senam atau olahraga di sekolahnya. Anak yang lebih kecil bisa mengalami kesulitan untuk duduk atau berjalan.

Untuk anak yang mengalami penelantaran oleh keluarga atau pengasuhnya, pertama, anak memunculkan perilaku memohon yang berlebihan, bahkan sampai di titik ia terpaksa mencuri makanan. Perilaku ini bisa disebabkan oleh pola makan anak yang tidak teratur, bahkan ketersediaan makanan yang tak memadai di rumah.

Kedua, beberapa anak memilih tinggal di sekolah lebih lama; datang lebih awal dan pulang lebih lama, karena ia merasa lingkungan rumah tidak nyaman lagi untuk ditinggali. Ketiga, anak sering tertidur di kelas, yang bisa jadi disebabkan oleh ia tak dapat tidur dengan nyaman di rumah, atau bahkan tidak diizinkan tidur di dalam kamarnya. Keempat, anak menunjukkan perilaku negatif, seperti merampas makanan temannya, atau bahkan mencuri makanan, dengan alasan yang kurang lebih sama seperti tanda pertama yang telah saya sebutkan.


Artikel ini milik sekolahSuper[dot]com. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar