Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Senin, 16 Mei 2016

Tatkala Sombong Hinggap Pada Dirimu, Lihatlah Daun Yang Gugur Itu



Tatkala Sombong Hinggap Pada Dirimu, Lihatlah Daun yang Gugur Itu

Sudah menjadi tabiat alami manusia, bahwa kejayaan, kemewahan, dan keberlimpahan yang ada pada dirinya seringkali membuat dirinya sombong

Entah mengapa, hal ini muncul begitu saja, padahal bukan biasanya ia dikenal dengan sosok yang angkuh

Mengapa hal ini bisa terjadi? Ada seorang psikolog mengatakan bahwa terkadang kekuatan, kekuasaan, dan harta yang kita miliki, menghanyutkan diri kita pada sindrom negatif yang disebut sebagai "syndrome of power". Gejala ini muncul begitusaja sebagai ekspresi singkat perubahan keadaan dari kekurangan menjadi kecukupan, ketidak mampuan menjadi kehebatan, keburukan menjadi keindahan

Lantas bagaimana mensikapinya? Tanpa sengaja di sebuah sore aku bersepeda, ku kayuh pelan sepedaku melewati semak-semak daun sepatu yag diantaranya terdapat pepohonan nangka yang menjulang tinggi. Aku sentuhkan tangan kiriku sambil kukendalikan laju sepeda dengan tangan kanan, dan tiba-tiba sehelai daun kering menyangkut ditangan kiriku, kugenggam daun itu dan kemudian tak jauh aku mengayun, ku perhatikan seksama daun kering itu...

Mulanya tak ada rasa, hingga kuingat semak-semak hijau yang rindang tadi, dan aku tersadar bahwa daun kering tadi pastinya pernah mengalami masa suburnya, tumbuh dengan gagah diantara yang lainya, menjadi penghias bagi siapapun uang memandangnya. Namun kini ia mengering, namun kini ia tak ada arti, tak ada seorangpun yang memandangnya, tak seorangpun memperhatikanya, tak ada lagi daya untuk menjadi bagian rindangnya semak daun sepatu itu...

Kemudian ia jatuh ke tanah, terurai dan terlupakan begitu saja

Wahai saudaraku, Allah pernah berfirman dalam Kitabnya yang agung dalam Surah Al Hadid ayat 20

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kalian, serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, (dunia itu) seperti hujan yang tanam-tanamannya membuat kagum para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Maha benar Allah dengan segala firmanNya. Lantas apa yang akan kita sombongkan? Apakah harta yang kita miliki saat ini? Apakah prestasi yang telah kita raih hingga hari ini? Apakah luasnya kekuasaan dan megahnya bangunan yang kita huni saat ini? Kita terhanyut, tertipu silaunya indah dunia, hingga kita tersadar kita se inci dari kematian dengan kesombongan yang membalut sekujur tubuh kita...

Wahai saudaraku, ingatlah bahwa kita terus akan menguning, menguning, berubah menjadi cokelat dan gugur dihamparan bumi Allah, hancur dengan segala kenangan kehidupan dan penyesalan yang mendalam karena berharap segala jerihpayah di dunia, akan membuat masa depan kita secerah pagi musim semi di dataran eropa.

Nanti, hanya akan ada dua hal yang akan kita jumpai setelah kefanaan ini, ampunan yang luasnya mencakup segala sesuatu dan siksaan yang maha dahsyat. Lantas apa yang akan kita pilih? Semoga Allah membuka hati kita untuk memilih apa yang seharusnya kita pilih

Authored by Abu Fahim Alfath

Tidak ada komentar:

Posting Komentar