Bahasa persatuan negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia, adalah bahasa Indonesia. Lebih tepatnya adalah bahasa Indonesia yang baku dan sesuai dengan pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) tahun 1972. Namun dewasa ini, hampir semua orang Indonesia tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan sesuai EYD baik di Jakarta maupun daerah. Di Jakarta, orang cenderung menggunakan bahasa gaul sementara di daerah orang lebih sering menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur bahasa daerah masing-masing. Bahkan kita mungkin akan tertawa dan merasa aneh mendengar orang berbicara dengan bahasa Indonesia yang baku dan sesuai EYD. Beberapa kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia telah menjadi sesuatu yang lazim dan akan dibahas dalam thread saya yang ke-100 kali ini. Apa sajakah itu?
Spoiler for Penggunaan "di"
1. Penggunaan "di"
Kesalahan ini sangat sering terjadi baik di tempat umum, media, maupun internet. Banyak orang melakukan kesalahan dalam menempatkan "di" sebagai kata depan dan sebagai imbuhan. Kata "di" yang seharusnya ditulis sebagai imbuhan malah ditulis sebagai kata depan dan sebaliknya. Berikut contohnya :
Permasalahan itu di selesaikan dengan melakukan musyawarah dikantor kepala desa.
Kalimat di atas mengandung dua kesalahan sekaligus. Pertama, kata "di" pada "di selesaikan" dipisahkan, sementara pada "dikantor" malah digabung. Penulisan yang benar adalah sebagai berikut :
Permasalahan itu diselesaikan dengan melakukan musyawarah di kantor kepala desa.
Agar tak bingung, ini penggunaan "di" yang benar :
Patokan penulisan "di" sebenarnya sederhana saja. Bila "di" diikuti oleh kata kerja, makagabungkanlah, misalnya "dikerjakan". Akan tetapi, bila diikuti oleh nama tempat, makapisahkanlah, misalnya " di rumah".
Meskipun tidak sebanyak "di", "ke" juga sering dibalik penggunaannya sebagai kata depan dan imbuhan.
Kesalahan ini sangat sering terjadi baik di tempat umum, media, maupun internet. Banyak orang melakukan kesalahan dalam menempatkan "di" sebagai kata depan dan sebagai imbuhan. Kata "di" yang seharusnya ditulis sebagai imbuhan malah ditulis sebagai kata depan dan sebaliknya. Berikut contohnya :
Permasalahan itu di selesaikan dengan melakukan musyawarah dikantor kepala desa.
Kalimat di atas mengandung dua kesalahan sekaligus. Pertama, kata "di" pada "di selesaikan" dipisahkan, sementara pada "dikantor" malah digabung. Penulisan yang benar adalah sebagai berikut :
Permasalahan itu diselesaikan dengan melakukan musyawarah di kantor kepala desa.
Agar tak bingung, ini penggunaan "di" yang benar :
Patokan penulisan "di" sebenarnya sederhana saja. Bila "di" diikuti oleh kata kerja, makagabungkanlah, misalnya "dikerjakan". Akan tetapi, bila diikuti oleh nama tempat, makapisahkanlah, misalnya " di rumah".
Meskipun tidak sebanyak "di", "ke" juga sering dibalik penggunaannya sebagai kata depan dan imbuhan.
Spoiler for Penyebutan Tahun sebelum 2000
2. Penyebutan Tahun sebelum 2000
Kita cenderung menyebut tahun sebelum 2000 mengikuti cara orang berbahasa Inggris. Misalnya, tahun 1980 disebut "Sembilan Belas Delapan Puluh" ketimbang "Seribu Sembilan Ratus Delapan Puluh". Cara ini terjadi karena pengaruh bahasa Inggris yang menyebut angka tahun per 2 angka ketimbang menyebutnya seperti angka biasa dengan alasan kemudahan. Misalnya tahun 1959 dalam bahasa Inggris adalah Nineteen Fifty Nine. Jika menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka penyebutan angka tahun sama dengan penyebutan angka biasa.
Kita cenderung menyebut tahun sebelum 2000 mengikuti cara orang berbahasa Inggris. Misalnya, tahun 1980 disebut "Sembilan Belas Delapan Puluh" ketimbang "Seribu Sembilan Ratus Delapan Puluh". Cara ini terjadi karena pengaruh bahasa Inggris yang menyebut angka tahun per 2 angka ketimbang menyebutnya seperti angka biasa dengan alasan kemudahan. Misalnya tahun 1959 dalam bahasa Inggris adalah Nineteen Fifty Nine. Jika menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka penyebutan angka tahun sama dengan penyebutan angka biasa.
Spoiler for Penulisan Nilai Mata Uang
3. Penulisan Nilai Mata Uang
Kalau kita menulis harga 55 ribu rupiah misalnya, kita akan menulis "Rp 55.000", "Rp. 55.000", atau "Rp 55.000-,". Dalam bahasa Indonesia, penulisan harga yang benar mengikuti pola ini : (Lambang mata uang)(angka)". Jadi, tidak ada spasi maupun titik di antara lambang mata uang dan angka. Penulisan harga di atas yang benar adalah "Rp55.000,00". Meski secara baku sen juga harus ditulis, namun jika tidak terlalu formal tidak masalah juga kalau sen tidak ditulis karena sen tidak ada nilainya akibat begitu rendahnya nilai rupiah. Sen hanya harus ditulis pada laporan keuangan perusahaandan pembukuan bank seperti pada buku tabungan.
Kalau kita menulis harga 55 ribu rupiah misalnya, kita akan menulis "Rp 55.000", "Rp. 55.000", atau "Rp 55.000-,". Dalam bahasa Indonesia, penulisan harga yang benar mengikuti pola ini : (Lambang mata uang)(angka)". Jadi, tidak ada spasi maupun titik di antara lambang mata uang dan angka. Penulisan harga di atas yang benar adalah "Rp55.000,00". Meski secara baku sen juga harus ditulis, namun jika tidak terlalu formal tidak masalah juga kalau sen tidak ditulis karena sen tidak ada nilainya akibat begitu rendahnya nilai rupiah. Sen hanya harus ditulis pada laporan keuangan perusahaandan pembukuan bank seperti pada buku tabungan.
Spoiler for Penulisan Waktu
4. Penulisan Waktu
Kalau kita disuruh menulis pukul 8 malam, kita pasti akan menulis "20:00". Padahal cara ini salah. Pada penulisan waktu, tanda baca yang digunakan adalah titik bukan titik dua. Jadi, penulisan yang benar adalah "20.00". Kemudian, sebaiknya padankan waktu dengan kata "pukul" bukan "jam" karena jam merujuk pada durasi waktu (60 menit = 3.600 detik).
Kalau kita disuruh menulis pukul 8 malam, kita pasti akan menulis "20:00". Padahal cara ini salah. Pada penulisan waktu, tanda baca yang digunakan adalah titik bukan titik dua. Jadi, penulisan yang benar adalah "20.00". Kemudian, sebaiknya padankan waktu dengan kata "pukul" bukan "jam" karena jam merujuk pada durasi waktu (60 menit = 3.600 detik).
Spoiler for Penggunaan Akhiran yang Tidak Baku
5. Penggunaan Akhiran yang Tidak Baku
Kita seringkali mengucapkan kata "menetralisir", "mengkoordinir", dan sebangsanya. Dalam bahasa Indonesia, tidak ada akhiran "-ir" seperti itu. Yang adalah hanyalah akhiran "-isasi" yang merupakan serapan dari bahasa Inggris. Jadi, penulisan kedua kata di atas yang benar adalah "menetralisasi" dan "mengoordinasikan".
Kita seringkali mengucapkan kata "menetralisir", "mengkoordinir", dan sebangsanya. Dalam bahasa Indonesia, tidak ada akhiran "-ir" seperti itu. Yang adalah hanyalah akhiran "-isasi" yang merupakan serapan dari bahasa Inggris. Jadi, penulisan kedua kata di atas yang benar adalah "menetralisasi" dan "mengoordinasikan".
Spoiler for Tanda koma sebelum "dan"
6. Tanda Koma Sebelum "dan"
Jika kita menuliskan minimal 3 hal yang tergolong sama misalnya dalam kalimat ini :
Perundingan tersebut diikuti oleh perwakilan dari Amerika Serikat,Jerman dan Cina.
Kita seringkali langsung memberi spasi sebelum kata "dan", padahal seharusnya kita menuliskan tanda koma terlebih dahulu dan setiap kali memberi tanda baca berilah jeda 1 spasi terlebih dahulu sehingga kalimat di atas seharusnya menjadi seperti ini :
Perundingan tersebut diikuti oleh perwakilan dari Amerika Serikat, Jerman, dan Cina.
Hal ini juga berlaku untuk kata "atau" dan "serta".
Jika kita menuliskan minimal 3 hal yang tergolong sama misalnya dalam kalimat ini :
Perundingan tersebut diikuti oleh perwakilan dari Amerika Serikat,Jerman dan Cina.
Kita seringkali langsung memberi spasi sebelum kata "dan", padahal seharusnya kita menuliskan tanda koma terlebih dahulu dan setiap kali memberi tanda baca berilah jeda 1 spasi terlebih dahulu sehingga kalimat di atas seharusnya menjadi seperti ini :
Perundingan tersebut diikuti oleh perwakilan dari Amerika Serikat, Jerman, dan Cina.
Hal ini juga berlaku untuk kata "atau" dan "serta".
Spoiler for Penulisan Miring Istilah Asing
7. Penulisan Miring Istilah Asing
Jika kita menulis istilah asing, kata itu harusdimiringkan. Misalnya :
Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan atau current account deficit yang cukup besar karena ekspor yang menurun dan impor yang meningkat.
Jika kita menulis istilah asing, kata itu harusdimiringkan. Misalnya :
Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan atau current account deficit yang cukup besar karena ekspor yang menurun dan impor yang meningkat.
Spoiler for Peluruhan Kata Saat Diberi Imbuhan
8. Peluruhan Kata Saat Diberi Imbuhan
Pada kondisi tertentu, kadang huruf pertama sebuah kata harus diluruhkan jika akan diberi imbuhan tertentu. Banyak orang sering melakukan kesalahan dalam melakukan hal ini seperti berikut :
Mensapu
Mensukseskan
Mencontek
Merubah
Penulisan yang benar untuk kata-kata di atas adalah :
Menyapu
Menyukseskan
Menyontek
Mengubah
Kata-kata yang diawali dengan huruf K, T, S, dan P mengalami peluruhan saat diberi imbuhan.
Bila kita akan memadankan imbuhan dengan istilah asing, pisahkan dengan tanda garis(-). Misalnya di-charge dan di-smash.
Pada kondisi tertentu, kadang huruf pertama sebuah kata harus diluruhkan jika akan diberi imbuhan tertentu. Banyak orang sering melakukan kesalahan dalam melakukan hal ini seperti berikut :
Mensapu
Mensukseskan
Mencontek
Merubah
Penulisan yang benar untuk kata-kata di atas adalah :
Menyapu
Menyukseskan
Menyontek
Mengubah
Kata-kata yang diawali dengan huruf K, T, S, dan P mengalami peluruhan saat diberi imbuhan.
Bila kita akan memadankan imbuhan dengan istilah asing, pisahkan dengan tanda garis(-). Misalnya di-charge dan di-smash.
Spoiler for Pengunaan Kata yang Mubazir
9. Pengunaan Kata yang Mubazir
Kita seringkali menggunakan kata yang sebenarnya tidak perlu dituliskan lagi karena sebelumnya sudah dituliskan kata yang bermakna sama atau mengandung makna dari kata tersebut pula. Contohnya :
Maju ke Depan
Mundur ke Belakang
Bola yang Bundar
Pada Zaman Dahulu Kala
Dengan Mata Kepala Saya Sendiri
Dalam istilah bahasa, penggunaan kata mubazir seperti di atas disebut pleonasme. Pembetulan kata-kata di atas adalah:
Maju
Mundur
Bola
Pada Zaman Dahulu
Dengan Mata Kepala Saya
Kita seringkali menggunakan kata yang sebenarnya tidak perlu dituliskan lagi karena sebelumnya sudah dituliskan kata yang bermakna sama atau mengandung makna dari kata tersebut pula. Contohnya :
Maju ke Depan
Mundur ke Belakang
Bola yang Bundar
Pada Zaman Dahulu Kala
Dengan Mata Kepala Saya Sendiri
Dalam istilah bahasa, penggunaan kata mubazir seperti di atas disebut pleonasme. Pembetulan kata-kata di atas adalah:
Maju
Mundur
Bola
Pada Zaman Dahulu
Dengan Mata Kepala Saya
Spoiler for Penggunaan Kata-kata yang Tidak Baku
10. Penggunaan Kata-kata yang Tidak Baku
Kita hampir setiap saat melakukan hal ini. Memakai kata yang tidak baku ketimbang baku dalam menulis. Berikut contoh kata-kata yang tidak baku :
praktek, apotik, ijin, belom, antar negara, antri, Pebruari, Nopember, Jum'at, anda, anti korupsi, analisa, silahkan, masup, resiko, bis
Penulisan yang benar untuk kata-kata di atas berturut-turut adalah :
Praktik, apotek, izin, belum, antarnegara, antre, Februari, November, Jumat, Anda, antikorupsi, analisis, silakan, masuk, risiko, bus
Kita hampir setiap saat melakukan hal ini. Memakai kata yang tidak baku ketimbang baku dalam menulis. Berikut contoh kata-kata yang tidak baku :
praktek, apotik, ijin, belom, antar negara, antri, Pebruari, Nopember, Jum'at, anda, anti korupsi, analisa, silahkan, masup, resiko, bis
Penulisan yang benar untuk kata-kata di atas berturut-turut adalah :
Praktik, apotek, izin, belum, antarnegara, antre, Februari, November, Jumat, Anda, antikorupsi, analisis, silakan, masuk, risiko, bus
Spoiler for Penggunaan Angka Arab dan Angka Romawi dalam Bilangan Ordinal
11. Penggunaan Angka Arab dan Angka Romawi dalam Bilangan Ordinal
Ada 2 cara menuliskan bilangan ordinal (urutan) dalam bahasa Indonesia. Angka Arab (0, 1, 2, dan seterusnya) dapat digunakan untuk menuliskan jumlah maupun urutan. Namun angka Romawi (I, V, X, L, dan seterusnya) hanya dapat digunakan untuk menuliskan urutan. Jadi, penggunaan yang benar untuk dua jenis angka di atas adalah sebagai berikut :
Jerman berada di peringkat ke-1 pada tabel ranking FIFA saat ini.
Tahun 2014 termasuk dalam abad XXI.
Penduduk Indonesia pada tahun 2014 telah melampaui 250 juta jiwa.
Ada 2 cara menuliskan bilangan ordinal (urutan) dalam bahasa Indonesia. Angka Arab (0, 1, 2, dan seterusnya) dapat digunakan untuk menuliskan jumlah maupun urutan. Namun angka Romawi (I, V, X, L, dan seterusnya) hanya dapat digunakan untuk menuliskan urutan. Jadi, penggunaan yang benar untuk dua jenis angka di atas adalah sebagai berikut :
Jerman berada di peringkat ke-1 pada tabel ranking FIFA saat ini.
Tahun 2014 termasuk dalam abad XXI.
Penduduk Indonesia pada tahun 2014 telah melampaui 250 juta jiwa.
Spoiler for Penulisan Kalimat yang Tidak Lengkap
12. Penulisan Kalimat yang Tidak Lengkap
Terkadang kita tidak menuliskan sebuah kalimat secara lengkap sehingga kalimat tersebut menjadi terdengar tidak masuk akal. Contohnya seperti pada ilustrasi di atas tertulis kalimat "JELANG KENAIKAN BBM". Kalimat ini menjadi terdengar tidak masuk akal karena bukan BBM yang dinaikkan, tetapi harga jualnya. Kemudian sebagai tambahan, kata "jelang" sebaiknya ditambahkan imbuhan "men-". Kalimat tersebut seharusnya menjadi "MENJELANG KENAIKAN HARGA BBM". Namun karena kita sudah terbiasa dengan kesalahan ini, kita tidak lagi merasa ada yang janggal saat mendengar atau melihatnya.
Terkadang kita tidak menuliskan sebuah kalimat secara lengkap sehingga kalimat tersebut menjadi terdengar tidak masuk akal. Contohnya seperti pada ilustrasi di atas tertulis kalimat "JELANG KENAIKAN BBM". Kalimat ini menjadi terdengar tidak masuk akal karena bukan BBM yang dinaikkan, tetapi harga jualnya. Kemudian sebagai tambahan, kata "jelang" sebaiknya ditambahkan imbuhan "men-". Kalimat tersebut seharusnya menjadi "MENJELANG KENAIKAN HARGA BBM". Namun karena kita sudah terbiasa dengan kesalahan ini, kita tidak lagi merasa ada yang janggal saat mendengar atau melihatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar